Kisah Sang Penandai


Judul Novel     : Kisah Sang Penandai   
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Mahaka, Republika
Cetakan           : Pertama, Jakarta, Juli 2011
Jumlah hlm      : iv+295 hlm

"pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya"


Agak ragu untuk membaca buku ini saat melihat covernya yang tidak terlalu menjanjikan, tapi demi melihat nama Tere Liye yang menjadi pengarangnya serta sederet nama besar yang memberi rekomendasi di halaman belakangnya, akhirnya saya memutuskan mengambil juga buku ini untuk bahan bacaan di akhir pekan. Dan entah karena saya membaca buku ini sambil sibuk memikirkan hal lain atau entah bagaimana, rasanya buku ini tak seperti buku-buku Tere Liye lainnya yang mampu menyedot perhatian bahkan sejak halaman pertama. Sempat terbersit rasa bosan saat hendak menamatkan  buku ini, apalagi konsep "dunia fantasi" yang ditawarkan buku ini rasanya serba nanggung, terlalu tawar dan kurang greget, sosok Sang Penandai digambarkan terlalu sakti,  sementara sosok Jim dan kisah cintanya juga rasanya terlalu cengeng (tapi mungkin itu karena saya seperti halnya Pate dan Laksamana Ramirez -dua tokoh dalam buku tersebut-, belum beruntung merasakan cinta sedahsyat yang dirasakan Jim dan Nayla). Selain itu pemilihan latar tempat yang kurang jelas dan beberapa logika cerita yang terkesan dipaksakan membuat saya benar-benar harus berjuang untuk tiba di akhir halaman.

Ada beberapa bagian buku ini yang rasanya terlalu mirip dengan benang merah cerita lain, misalnya kematian Rhenald dan Kaisah yang mengingatkan saya pada cerita Romeo dan Juliet, juga tentang "konsep perwujudan mimpi" yang pernah saya temukan di buku Sang Alchemist-nya Paulho Coelho. 

Meskipun ide yang diusung dalam  buku ini tidak benar-benar baru, tapi buku ini menyajikan cinta dalam perspektif yang lain, akan sangat menghibur untuk para "galau-ers" yang sedang patah hati, memotivasi untuk bangkit dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan. 

Berikut ini adalah ringkasan ceritanya:

Jim, adalah seorang yatim piatu, pemain biola jalanan yang miskin dan berpendidikan rendah. Saat ia memainkan biola dalam perhelatan pernikahan putri bungsu walikota, alunan biolanya ternyata memesona seorang gadis cantik, putri dari bangsawan negeri seberang yang bernama Nayla. Bermula dari keinginan Nayla untuk diajari bermain biola, akhirnya mereka berdua saling jatuh cinta dan menjadi sepasang kekasih. Tak pernah terbersit dalam benak keduanya bahwa status sosial mereka yang jauh berbeda akan menjadi penghalang keduanya untuk terus hidup bersama. Sampai suatu hari Nayla dipanggil pulang dan dijodohkan dengan pemuda yang berasal dari kedudukan sosial yang setara. Nayla pun berduka. Pada saat itu hukum perjodohan yang ditetapkan orangtua untuk anak gadisnya adalah titah yang tak bisa dibantah. Maka tak mungkin Nayla menolak keputusan perjodohan ini. 

Berkali-kali ia mengirimkan surat yang mengiba pada Jim, meminta Jim membawanya lari agar ia tak  perlu menjalani pernikahan dengan pemuda lain. Sayangnya, meski cinta Jim pada Nayla tak perlu diragukan, tapi Jim tak punya cukup keberanian untuk membawa pergi Nayla. Begitu banyak hal yang menjadi pertimbangan dan ditakuti oleh Jim: reaksi keluarga Nayla, ancaman dari sekelompok pembunuh bayaran Beduin yang pasti akan disewa keluarga Nayla jika ia berani membawa kabur putri mereka. Kegamangan Jim terus berlarut-larut sampai waktu terus berjalan dan pernikahan semakin dekat. Akhirnya Nayla memberanikan diri untuk datang ke kota Jim, dan mereka berjanji untuk bertemu pada pukul tujuh, tanggal tujuh bulan tujuh, tepat saat seluruh jam di kota berdentang dan semua orang merayakan kisah cinta abadi pendiri kota tersebut. Sayang, Nayla tak pernah datang. Yang kemudian ditemui oleh Jim malahan jasad Nayla yang terbujur kaku di salah satu kamar penginapan kota. Nayla bunuh diri.

Akhirnya Jim tenggelam dalam kesedihan dan penyesalan. Sedih karena kehilangan kekasih dan menyesal untuk kepengecutannya yang tak pernah berani membawa lari Nayla. Dalam kondisi terpuruk, seorang tua yang mengaku sebagai Sang Penandai datang kepadanya, berasal dari kata andai, sehingga Sang Penandai bisa diartikan sebagai Sang Pembuat Cerita. Konon, ia hanya datang kepada orang yang terpilih untuk membuat kisah di dunia. Dan Jim, termasuk salah satu yang terpilih itu. Kisah yang harus dibawakan oleh Jim adalah membuktikan pada dunia, bahwa "pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya". 

Sang Penandai menganjurkan Jim untuk ikut serta dalam rombongan Armada Kota Terapung yang akan berlayar untuk menemukan Tanah Harapan. Sayang, Jim tak berminat. Jim malah memilih untuk berlarut-larut dalam kesedihan meski ternyata Jim pun terlalu pengecut untuk bunuh diri, tindakan yang pernah dijanjikannya pada Nayla, bahwa ia berani mati untuk Nayla.

Tapi kejadian pada pagi berikutnya merubah total keputusan Jim, serombongan pembunuh bayaran dari suku Beduin menyerbu kamar kontrakannya untuk membunuh, beruntung Sang Penandai yang tiba-tiba datang entah dari mana, menyelamatkan nyawanya. Mau tak mau Jim mendaftar menjadi kelasi untuk ikut serta dalam pelayaran Armada Kota Terapung, semata karena tak ada pilihan lain. Jika Jim terus menetap di kota tempat tinggalnya hanya masalah waktu sebelum rombongan Beduin berikutnya menyerbu lagi.

Pelayaran bersama Armada Kota Terapung ternyata tak bisa menghapus kesedihan Jim. Ia menjadi kelasi yang sangat pemurung bahkan sering kedapatan menangis sampai-sampai ia mendapat julukan "Kelasi yang Menangis", tak banyak yang dekat dengan Jim kecuali seorang pria kulit hitam bernama Pate yang ternyata pandai membaca dan menulis dan tak keberatan untuk mengajari Jim. 

Setelah beberapa bulan pelayaran yang tenang, Armada Kota Terapung mulai menghadapi masalah, dimulai dengan sepasukan besar perompak terkenal yang dipimpin oleh Yang Zhuyi menghadang jalur pelayaran kapal. Pertempuran besar tak terelakkan lagi, sampai semua kelasi dan pegawai rendahan pun harus ikut berperang, termasuk Jim. Untung buat Jim, selain pandai membaca dan menulis, Pate pun ternyata ahli bermain pedang, dan lagi-lagi Jim belajar padanya untuk melawan pasukan perompak dan bertahan hidup.

Pasukan perompak Yang Zhuyi ternyata sangat tangguh. Armada Kota Terapung nyaris terancam binasa. Pada suatu malam yang kritis, Jim melihat formasi capung warna warni yang hanya muncul saat kedatangan Sang Penandai. Terheran-heran sendiri karena Jim tak merasa memanggil Sang Penandai, akhirnya ia menyelinap mencari tahu. Dan betapa terkejutnya Jim mendapati Sang Penandai tengah mendatangi Laksamana Ramirez, sang pemimpin kapal. Rupanya Laksamana Ramirez pun salah satu orang yang terpilih untuk mengukir cerita. Sang Penandai memberitahu Laksamana Ramirez strategi yang harus ditempuh untuk mengalahkan para perompak, dan terbukti strategi tersebut ampuh sehingga Armada Kota Terapung lepas dari ancaman kematian.

Meski terlepas dari ancaman kematian, beberapa kapal Armada Kota Terapung rusak parah. Mau tak mau mereka harus berlabuh di kota terdekat untuk memperbaiki kapal. Tak dinyana jika perbaikan kapal memerlukan waktu sekitar empat bulan yang boleh digunakan oleh semua awak kapal untuk cuti dengan syarat mereka sudah harus kembali ke kapal saat perbaikan selesai dan siap berangkat.

Pate berniat untuk melakukan perjalanan ke Puncak Adam, tempat yang selalu diimpikan oleh pendeta yang membesarkannya waktu kecil. Karena tak tega mebiarkan Pate berangkat sendirian, selain Jim pun memang tak punya kegiatan yang harus dilakukan semasa cuti, akhirnya Jim memutuskan untuk menyertai perjalanan Pate. Keduanya tak mengalami masalah yang berarti selama perjalanan ke Puncak Adam. Meski belum pernah kesana, Pate hapal semua jalan dan jalur untuk menuju puncak Adam berdasarkan penggambaran detail dari sang pendeta, hanya satu yang tak diketahui Pate, tepat di bawah Puncak Adam ada satu perkampungan penduduk asli yang bertugas mencegah siapa pun memasuki wilayah Puncak Adam yang ternyata merupakan daerah suci yang terlarang untuk dimasuki.

Mereka tinggal di perkampungan tersebut selama beberapa hari. Jim bertemu dengan seorang gadis bermata hijau yang untuk sesaat membuatnya lupa pada Nayla.  Jika Jim menghabiskan waktunya selama di kampung tersebut untuk bermain musik dengan si gadis bermata hijau, maka Pate ternyata malah menghabiskan waktunya dengan memikirkan cara agar bisa lolos dari pengawasan penduduk dan diam-diam pergi ke Puncak Adam, dan niat itu ternyata benar-benar dilaksanakannya, Jim ditangkap penduduk saat Pate diketemukan hilang dan diyakini telah pergi ke Puncak Adam seorang diri. Jim menjadi sasaran kemarahan penduduk kampung akibat kenekatan Pate, ia diikat di sebuah tiang, terpanggang matahari terik saat siang dan terjebak dalam suhu dingin yang ekstrim saat malam tiba dan hujan turun, tanpa makan dan minum.  Setelah beberapa hari dalam kondisi demikian, tibalah Jim pada batas pertahanan terakhirnya, saat ia merasa tak punya kekuatan lagi untuk bertahan Pate datang menyelamatkannya. Dibantu oleh si gadis bermata hijau, mereka berdua menemukan jalan pintas keluar dari perkampungan tersebut hingga akhirnya selamat sampai di kota. 

Kondisi Jim sudah sepenuhnya pulih saat tiba waktu bagi Armada Kota Terapung untuk melanjutkan pelayarannya, kali ini Jim dan Pate sudah naik pangkat dan bukan lagi hanya kelasi rendahan di kapal. Setelah beberapa saat pelayaran yang tenang, masalah selanjutnya yang dihadapi oleh Armada Kota Terapung adalah saat mereka menangkap kura-kura raksasa, yang ternyata adalah kutukan sehingga kapal mereka dilanda badai yang datang  selama tiga malam berturut-turut. Badai hebat yang membuat kapal mereka terpusing-pusing di satu titik selama tiga hari tiga malam, tak beranjak kemana-mana dan hanya berputar-putas di sekitar mata badai. Seorang awak kapal menyarankan untuk melepaskan kura-kura yang telah mereka tangkap, dan ajaib badai itu mereda setelah si kura-kura kembali ke laut.


Kerusakan kapal yang parah akibat badai akhirnya memaksa Armada Kota Terapung untuk merapat di sebuah kota yang konon termasyhur karena kemakmurannya dan terkenal karena kecantikan paras para wanitanya. Sayang kota tersebut tengah porak poranda akibat perang yang disulut oleh para pemberontak. Maka Laksamana Ramirez memutuskan bahwa Armada Kota Terapung akan membantu peperangan untuk melawan kaum pemberontak. Drama dimulai saat Jim menyelamatkan puteri Raja yang ternyata sempurna mirip Nayla. Luka Jim berdarah lagi. Mati-matian ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa sosok di depannya bukan Nayla meski fisik dan suaranya 100% sama. Maka ia menolak untuk menikahi Puteri saat kesempatan itu ditawarkan karena jasanya menyelamatkan nyawa sang Puteri dan memilih untuk kembali berlayar mengikuti Armada Kota Terapung setelah peperangan selesai dan kaum pemberontak yang ternyata dipimpin oleh kerabat sang raja sendiri bisa ditumpas.


Singkat cerita, akhirnya Armada Kota Terapung menemukan Tanah Harapan. Perjalanan berakhir, tapi Jim dan Pate yang tak punya tujuan lagi  memutuskan untuk tetap mengikuti perjalanan Laksamana Ramirez menuju sebuah tempat yang memang selalu diimpikannya.


Jujur saja saya kurang mengerti ketika cerita ini tiba di penghujungnya. Saat Jim akan tewas karena serangan dari Pasukan Perawan penjaga tempat yang akan dituju Laksamana Ramirez, tiba-tiba saja ia sudah ada di kapal lagi, lengkap dengan Pate dan Nayla yang ternyata tak pernah mati, Nayla ternyata hanya koma, karena meminum racun yang diberikan Sang Penandai yang akan membuatnya terlihat seperti mati padahal tidak, racun yang sama yang diminum Kaisah, kekasih sang pendiri kota tempat Jim berasal dulu. 


Bedanya adalah Rhenald memutuskan bunuh diri mendapati keadaan Kaisah yang tampak seperti telah mati, sedang Jim memutuskan untuk menjalani hidup dengan lebih baik setelah "kematian" Nayla. Maka karena Jim berhasil untuk menunjukkan pada dunia bahwa "pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya", ia mendapatkan hadiahnya berupa Nayla yang kembali hadir secara utuh untuk dirinya. 


Imajinasi adalah hal yang sah-sah saja dalam sebuah cerita, tapi saya pikir ada urutan logis yang tetap harus dipenuhi. Dalam buku ini, penutup cerita terkesan "melompat" untuk mendapatkan ending yang happy bagi si tokoh utama. Ada runtutan logika yang tak masuk akal dan alih-alih membuat pembaca merasa takjub, penutup buku ini malah menjadi keganjilan yang cukup mengganggu dan membuat pembaca bertanya-tanya.

Saat buku ini selesai saya baca, kesan awal saya terhadap buku ini ternyata tak berubah. (*maaf ya Bang Tere =D )

Komentar

  1. Oh ya min kalau baca ulang sang penandai yg baru ini memiliki ending yang berbeda gak sih?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer