AREM-AREM





"Kamu dimana?, kenapa belum sampai kantor?", begitu bunyi pesan teks yang kuterima pagi ini. Tergopoh-gopoh, aku berlari dari parkiran. Dan kamu tertawa melihatku yang kusut sesampai tiba di ruangan. 

"Kebiasaan memang", komentarmu dengan geligi yang terlihat manis saat terbahak. 

Aku meletakkan tasku, membuka laptop, dan bersiap untuk mulai bekerja. Tiba-tiba kamu menyodorkan satu buah arem-arem padaku.

"Eh", komentarku dengan tatapan bertanya, 

"Buat kamu, hehehe...".

"Terima kasiih", lalu aku memakan arem-arem itu dengan lahap.

Siangnya, saat makan siang bersama, tiba-tiba terlintas tentang arem-arem tadi pagi.

"Tadi pagi, kamu beli arem-arem dari mana?, bekel dari rumah?", tanyaku.

"Engga, dikasi sama Bu Ar itu", jawabmu.

"Oiya, semua orang dikasi?", tanyaku lagi.

"Cuma sedikit kok, jadi aku ngambil satu".

"Hah, cuma satu, jadi yg aku makan tadi pagi itu sebetulnya jatah kamu dan kamu belum makan?", 

"Iya..."

aku langsung merasa bersalah, "Kenapa ngga bilang kalau kamu belum makan, aku pikir kamu punya beberapa dan buat aku satu"...

"Ngga apa-apa, kok, seneng lihat kamu makannya gembul",  jawab kamu.

"Aaaaaa....bukan gitu, duh aku jadi ngga enak, nanti arem-aremnya kuganti ya...", 

Sungguh, aku berjanji dalam hati untuk mengganti arem-arem itu besok, sepertinya di Monami juga ada itu arem-arem.

Siapa sangka, ternyata tak pernah ada besok untukku. Dan sampai hari ini, setelah dua belas tahun berlalu, arem-arem itu belum juga aku ganti.


Komentar

Postingan Populer